KOTA TANGERANG, bantensatu.id — Di bawah naungan semangat kolektivitas yang kian mengental, sebuah inisiatif berbasis kesehatan tradisional muncul sebagai katalisator persatuan warga di Kecamatan Larangan. Program “Bekam Bersama Masyarakat” (BBM) Gratis, sebuah kolaborasi apik antara praktisi Tabib Upay dengan Aliansi Warga RW 01 Cipadu, sukses mengonstruksi ruang penguatan kesehatan sekaligus pengikat jalinan sosial yang autentik pada Senin (15/12/2025).
Kegiatan ini bukan sekadar seremoni medis tradisional. Lebih dari itu, ia adalah simbol kembalinya harmonisasi di wilayah Cipadu. Mengingat kembali lembaran peristiwa beberapa bulan silam, wilayah ini sempat berada dalam pusaran konflik administratif yang tajam ketika sembilan Ketua RT dipecat secara massal, memicu gelombang demonstrasi yang nyaris berujung pada kericuhan fisik. Namun, stabilitas yang kini dirasakan adalah buah dari pendekatan persuasif dan dialogis yang dilakukan secara intensif oleh Camat Larangan, Nasrullah. Perubahan paradigma kepemimpinan yang lebih sering “turun ke lapangan” daripada sekadar menerima laporan di balik meja kerja, terbukti mampu menjinakkan badai sosial dan mengubah energi protes menjadi energi gotong royong.

Camat Larangan, Nasrullah, yang hadir secara langsung memantau antusiasme puluhan warga yang mengantre, menyampaikan apresiasi mendalam atas inisiatif ini.
“Kami memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada masyarakat yang bergerak atas nama nurani. Inisiatif BBM Gratis ini adalah manifestasi dari kesehatan berbasis komunitas. Bekam bukan sekadar warisan leluhur, melainkan metode detoksifikasi dan kelancaran sirkulasi darah yang telah teruji secara klinis sebagai pendukung medis modern,” ujarnya di sela-sela kegiatan.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini memiliki dimensi edukatif yang penting. “Masyarakat tidak hanya menjadi objek pengobatan, tetapi juga diajak memahami filosofi dan teknik bekam di bawah supervisi profesional. Ini adalah upaya kita memastikan tradisi kesehatan ini mengalami regenerasi di tangan yang tepat,” lanjut Nasrullah.
Tabib Upay, selaku inisiator teknis, menegaskan bahwa kesehatan haruslah inklusif. “Kami ingin menghapus stigma bahwa pengobatan berkualitas selalu berbiaya tinggi. BBM Gratis adalah jawaban atas kerinduan warga akan akses kesehatan yang mudah dan hangat. Rencananya, ini akan menjadi agenda rutin setiap akhir pekan guna menciptakan komunitas yang sehat secara fisik dan solid secara sosial,” tuturnya.

Di sisi lain, perwakilan Aliansi Warga RW 01 Cipadu menyatakan bahwa sinergi ini merupakan titik balik setelah masa-masa tegang beberapa bulan lalu. “Dulu kita berkumpul di jalanan untuk menyampaikan mosi tidak percaya, kini kita berkumpul untuk saling menjaga kesehatan. Kami mengapresiasi Camat Nasrullah yang tidak menjauh saat konflik terjadi, melainkan merangkul kami hingga situasi kembali tenang seperti sekarang. Kegiatan ini adalah bukti bahwa saat warga dan pemerintah bersinergi, manfaat yang lahir sangat luar biasa,” ungkap salah satu tokoh warga setempat.
Antusiasme warga Cipadu yang membanjiri lokasi kegiatan menunjukkan adanya rasa percaya yang pulih terhadap kohesi sosial. Ibu Sumiyati, salah seorang warga peserta bekam, mengungkapkan rasa syukurnya. “Rasanya tenang melihat lingkungan kita rukun kembali. Selain badan terasa lebih ringan setelah dibekam, kehadiran Pak Camat di tengah-tengah warga memberikan rasa aman. Kami butuh pemimpin yang hadir dan mendengar,” ucapnya.

Fenomena BBM Gratis di Larangan menjadi potret edukatif tentang bagaimana sebuah wilayah bangkit dari konflik menuju harmoni melalui jalur kesehatan dan kepemimpinan yang empatik. Keberhasilan Nasrullah dalam menavigasi dinamika politik lokal di Cipadu—dari ancaman ricuh demo 9 RT hingga menjadi panggung gotong royong—adalah bukti bahwa pendekatan kemanusiaan selalu lebih efektif daripada pendekatan kekuasaan.
Kiranya, inisiatif ini menjadi pemantik bagi organisasi dan komunitas lain untuk terus memupuk nilai-nilai solidaritas. Di Larangan, badai telah berlalu, meninggalkan pelangi berupa kebersamaan yang kokoh dan masyarakat yang lebih sehat. Karena pada akhirnya, stabilitas sebuah kota tidak hanya diukur dari infrastruktur fisiknya, melainkan dari seberapa erat tangan-tangan warganya saling menggenggam dalam kebaikan.(Irin Masi)


